Jumat, 10 Januari 2014

bunga Rampai Afrika

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang
Ekspansi Eropa yang paling cepat terjadi di Afrika. Afrika adalah Benua terbesar setelah Asia. Sampai dengan permulaan abad 19 Afrika belum mempunyai daya tarik yang memikat bagi bangsa Barat. Hingga 1870-an kepentingan kekuatan besar di Afrika tampak lebih kecil dan mungkin bahkan semakin merosot. Pada saat itu belum ditemukan bukti-bukti tentang kekayaan alam Afrika. Tidak banyak orang luar yang mengetahui letak sumber emas yang telah ditambang di beberapa daerah di Afrika Barat dan Tengah. Setelah penjelajah Inggris yang bernama D. Livingstone dan Henry Morton Stanley membuka rahasia “benua gelap” itu, mulailah bangsa Barat mengenal daerah-daerah Afrika beserta kekayaan alamnya. Hingga 1880, bangsa-bangsa Eropa hanya menguasai sepersepuluh benua itu. Baru tiga dasawarsa kemudian, pada 1914. Eropa mengklaim seluruh Afrika kecuali Liberia (suatu wilayah kekuasaan kecil yang dihuni para budak yang dibebaskan dari Amerika) dan Abyssinia (Ethopia), yang berhasil menahan penyerbu di Italia di Adowa pada 1896. Bangsa Barat ingin menjadikan Afrika sebagai tempat dimana mereka akan mempertahankan politik kolonialisme-imperialismenya.
1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa kepentingan Jerman, Portugal, Spanyol, dan Italia di Afrika?
2.      Bagaimana penerapan politik Jerman, Portugal, Spanyol dan Italia di Afrika?
3.      Bagaimana reaksi yang dilakukan oleh Afrika terhadap politik Jerman, Portugal, Spanyol dan Italia?
4.      Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di Afrika terhadap penerapan politik tersebut?



1.3.Tujuan
1.3.1.      Tujuan Umum
1.      Untuk mengetahui kepentingan Jerman, Portugal, Spanyol, dan Italia di Afrika?
2.      Untuk mengetahui penerapan politik Jerman, Portugal, Spanyol dan Italia di Afrika?
3.      Untuk mengetahui reaksi yang dilakukan oleh Afrika terhadap politik Jerman, Portugal, Spanyol dan Italia?
4.      Untuk mengetahui Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di Afrika terhadap penerapan   politik tersebut






















BAB II
PEMBAHASAN


2.1.   Sejarah
Periode masa antara tahun 1500-1900 merupakan masa yang kabur dan suram bagi benua afrika khususnya bagi Afrika Utara. Mengapa sampai dikatakan sebagai masa yang suram dan kabur ? semuanya bermula pada tahun 1517 yakni pada masa itu Turki berhasil menguasai Afrika bagian utara yang berarti bahwa seluruh daerah tersebut berada dalam genggaman kekuasaan Bangsa Turki. Dalam hal ini, maka Afrika Utara merupakan bagian dari kekuasaan kerajaan “Ottoman”. Hal ini mengakibatkan daerah Afrika Utara mengalami kemunduran khususnya dibidang pertanian. Dengan demikian maka kedudukan orang-orang Islam mulai bertambah kuat di daerah Afrika Utara khususnya di bagian Nil Tengah yang mana sebelumnya merupakan daerah pemukiman orang-orang kristen. Pada masa itu pula orang-orang Arab banyak yang datang dan mulai menempati daerah-daerah di Sudan bagian Timur dan dan berpindah ke tempat-tempat di bagian Barat Sudan. Dengan demikian terjadinya pergantian kekuasaan politik di Sudan Barat yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan Mali dengan berbahasa Songhai ketangan Bangsa Turki.
Dimasa ini mulai dikembangkan ” Perdagangan Budak Belian “. Orang-orang yang menjadi sasaran budak atau yang dijadikan budak belian yaitu orang-orang dari Ras Negroid. Usaha ini dilaksanakan atas kerjasama antara orang-orang Eropa dengan orang-orang Arab. Orang-orang yang dijual belikan tersebut kemudiaan diangkut ke Amerika sebagai para budak.
Dimasa ini juga terjadi penyerangan dari orang-orang Somali ke suku Galia dan memasuki Daerah Ethopia Tengah dan Selatan. Namun mereka tinggal tidak dan bertahan tetapi mereka kembali ke daerah Somali. Pada masa ini juga, bangsa-bangasa Eropa mulai berdatangan ke Afrika. Bangsa Eropa yang pertama kali sampai di Afrika adalah Bangsa Portugis diikuti oleh bangsa-bangsa lainnya di Eropa seperti Spanyol, Belanda, Inggris, Belgia, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun yang merupakan pelopor imperialisme barat di Afrika yaitu Portugis dan Spanyol. Namun di afrika kaum imperialis tidak menguasai daerah-daerah pedalaman akan tetapi hanya menguasai daerah-daerah di tepi-tepi pantai yang digunakan sebagai pos-pos perdagangan.
Daerah-daerah di tepi pantai Afrika menjadi lahan rebutan antar Bangsa Portugis dan Spanyol karena merupakan daerah yang baik bagi pemasaran hasil.
Persaingan juga terjadi antar bangsa Belanda , Inggris, dan Prancis. Bangsa Belanda berhasil mendesak Portugis dan di pantai barat Afrika tetapi tidak dapat menandingi Inggris dan prancis di daerah itu. Dibawah pimpinan jan van reibeck belanda berhasil melakukan kolonialisasi di sekitar cape colony pada abad ke-17 dengan menyebut diri mereka sebagai “ Bangsa Bur “ karena penghidupannya. Dengan memanfatkan tenaga para budak yakni orang-orang berkulit hitam “Suku Hottentot dan Bushman” maka bangsa Bur berhasil mendirikan pemerintahan putih di Afrika berdasarkan diskriminasi ras, yang kemudian ditentang.
Pada abad ke-18, perdagangan budak semakin gencar dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Arab, Eropa, dan para Kepala Suku di Afrika. Orang-orang kulit hitam ditangkap dan diperjual belikan sebagai budak di benua baru dan keturunan mereka pun menjadi budak sampai pada beberapa generasi. Pada tahun 1787 di Inggris didirikan “Committe For The Abolition Of The Slave Trade” yang idpimpin oleh Granville Sharp Wilberforce dan Hanna Moore yang mana ini merupakan pelopor penghapusan perbudakan di Afrika.
Setelah tahun 1985 ekspansi barat mulai besar-besaran ke benua afrika. Daerah-daerah yang biasanya mereka kuasai adalah daerah tepi pantai dan pedalaman. Pendudukan yang dilakukan ada yang secara paksa namun ada pula yang dengan jalan damai yaitu dengan mengadakan perjanjian dengan kepala suku pribumi.
Dengan Jerman, Inggris mengadakan sebuah Traktat (1886) untuk mengatur batas-batas daerahnya di Afrika Timur. Akibat traktat ini kekuasaan sultan Zanzibar menjadi terdesak. Pada 1890 dicapai perjanjian Helgolang, dibuat antara Inggris dibuat antara Inggris dan Jerman isinya menguntungakan kedua bela pihak. Perjanjian dengan Prancis juga dibuat oleh Inggris 1890, pengaruh kekuasaan Prancis lebih terpusat di Afrika Barat-laut, sedangakan Inggris di Afrika Timur.
Pada 1890 inggris juga mengadakan perjanjian dengan Portugal, yang akibatnya Portugal terpaksa melepaskan sebagian besar Sudan. Pada tahun 1899 sudan dapat dikuasai oleh Inggris-Mesir. Dibentuk sebuah kondominion yang menyatakan bahwa Sudan di perintah di sudan. Lord Kitchener ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal di Sudan, dan sesudah 1899 perlawanan yang dilakukan leh pengikut Mahdi dapat di atasi.
Persaingan antara inprialisme barat juga terjadi di Maroko sehingga terjadi apa yang disebut krisis Maroko I (1905) dan krisis Maroko II (1911). Krisis Maroko I dapat diatasi dalam komperensi internasional di Algesiras (1906), dan isinya menguntungkan Prancis dan Inggris; Prancis diijinkan secara bebas melakukan penetrasi secara damai terhadap daerah Maroko, selain bagian utara; daerah pantai daerah utara di serahkan kepada Spanyol.
Krisis yang kedua terjadi ketika Prancis menghadapi kesulitan di Maroko pada 1911. pada waktu itu Jerman muncul sebagai pesaingnya. Sesudah kapal perang jerman mendara di Agadir, dan ini merupakan tantangan bagi Prancis. Sesudah negara-negara lain campur tangan akhirnya Jerman meninggalkan Maroko.
Di daerah Afrika sepanjang Laut Merah, pada 1885 Italia mendapat daerah Aritrea. Dari tempat ini pada 1895 Italia menyerang Ethiopia, tetapi pada 1896 dalam pertempura Adua Italia mengalami kekalahan.
Mengenai perebutan di daerah-daerah di Afrika Barat, Afrika Ekuator, Afrika Tengah dapat di atasi dengan berbagai macam perjanjian diantara kaum imprialisme itu sendiri, sehingga tidak pernah terjadi krisis. Sebagian besar daerah Afrika Barat dan Ekuator dimiliki oleh Prancis diselah oleh beberapa milik Spanyol, Portugal, Jerman, dan Inggris.
Sampai saat sebelum meletus perang dunia II, Inggris dan Prancis memiliki tanah jajahan terbersar di Afrika. Pada umumnya daerah jajahan prancis terkompul di daerah Afrika Barat dan Afrika Ekuator, ditambah beberapa di sebelah timur laut. Inggris menguasai daerah utara dari Mesir sampai ke Cape Colony di selatan, beberapa di Afika Barat. Jerman hanya emilki 4 buah kolni : Togo,kamerun,afrika timur dan afrika barat-daya.Daerah Ruwanda Burundi masuk Afrika Tiumr Jerman. Portgal memiliki Genua dan Angola di pantai samudera Atlantik (Afrika Barat ), dan Mozambik di pantai timur. Spyol memliki Maroko Utara dan beberapa di Afrika Barat. Italia di Libia,Entrea dan Somali.sedan Kongo menjadi jajahan Belgia sejak 1908.
Menurut konperensi perdamaan bekas koloni Jerman dijadikan daerah mandat atau perwakilan. Jendral Smuts dari Uni Afrika Selatan merupakan “Bapak” dari sistem mandat tersebut. Istilah mandat atau perwakilan mengandung isi tangung jawab bangsa-bangsa yang sudah maju atas pembangunan dan kemakmuran penduduk yang masih terbelakang. Sistem mandat juga merupakan pelaksanaan prinsip internasionalisasi koloni Jerman seperti yang disebut-sebut selama perang masih berkobar.


2.2. Afrika Barat Dan Timur, Daerah Sasaran Pedagang Barat
1.      Afrika Barat
Sesudah Congo, delta Sungai Niger merupakan daerah yang penting di Afrika Barat. Di daerah-daerah ini pembentuk imperium dari Jerman, Inggris dan Prancis saling bersaingan untuk mendapatkan daerah pengaruh. Konflik yang pertama terjadi antara kongsi dagang Inggris dan Prancis. Ketika Prancis kalah memperebutkan daerah sungai Niger, perhatian dialihkan ke Dahomey, daerah di sebelah barat Nigeria. Pada 1878 Prancis telah dapat mengadakan perjanjian dengan raja pribumi Afrika di daerah tersebut. Kemudian didirikan beberapa benteng dan kantor dagang. Sebelum 1880, daerah Prancis di Afrika Barat baru meliputi Senegal dan Gabon. Kemudian daerah Gabon deiperluas dengan sebagian daerah Congo. Pada 1883, Prancis memproklamirkan protektorat Porto Novo. Lalu tahun 1889-1893 terjadi peperangan antara Prancis dan raja bumiputera dan diakhiri dengan kemenangan di pihak Prancis. Kemudian daerah raja tersebut dinyatakan dibawah protektorat Prancis.
Pada 1883 Pantai Gading menjadi milik Prancis. Penanaman kekuasaan didaerah ini telah dimulai sejak 1842 dengan mendirikan pos-pos perdagangan. Pada 1885 Prancis mendirikan Guinea Prancis. Setahun sebelumnya Jerman mengumumkan bahwa sebagian daerah Guinea itu adalah dibawah protektorat Jerman. Prancis memprotes pengumuman tersebut. Akhirnya sesudah diberi ganti berupa wilayah di Togi, Jerman meninggalkan Guinea.
Selain Inggris dan Prancis. Jerman juga menaruh perhatian terhadap daerah di Afrika pantai Barat. Sejak diadakan Kongres Berlin II, Jerman telah mulai menjalankan politik imperialisme modern. Hal ini disebabkan antara lain karena desakan kaum kapitalis yang menghendaki tanah-tanah jajahan untuk dijadikan tempat pelempar modal, pelempar hasil industri ataupun diambil bahan mentahnya. Di Afrika Barat, Timur dan Selatan, Jerman sering bertentangan dengan Inggris.
Pada 1884, Bismarck mengirimkan seorang, Dr. Gustav Nachtigal, ke pantai Barat Afrika untuk mengibarkan bendera Jerman di wilayah tersebut. Ketika ia mendarat di pantai Teluk Guinea, ia mengetahui adanya keruwetan sehingga ia mengadakan perjanjian dengan kepala di daerah tersebut dan berhasil mengibarkan bendera Jerman. Daerah Togo, adalah daerah jajahan Jerman yang pertama di Afrika, sebuah tanah yang sempit tapi subur.
Kemudian Nachtigal meneruskan perjalanan ke Kamerun dan mengibarkan bendera Jerman disana dengan membawa ganti rugi berupa uang pada raja-raja disana. Nachtigal lalu menuju ke selatan ke Angra Pequena. Lalu Jerman bersekutu dengan Prancis untuk menghadapi Inggris. Usaha tersebut berhasil walau daerah kekuasan yang diperoleh belum seluas batas Afrika Barat daya milik Jerman pada waktu kemudian. Makin lama wilayah Jerman ini diperluas dan pada 1890 berdasarkan perjanjian Helgoland, mendapat tambahan daerah yang terkenal dengan nama “Caprivistrip” atau “Caprivi-zippel”.


2.      Afrika Timur
Pada 1876 Sultan Bargash dari Zanzibar mendapat pengaruh dari Sir John Kirk (sebagai residen Inggris), konsul Inggris di negeri tersebut. Ia memberi saran kepada Sultan tentang cara yang sebaik-baiknya untuk membentuk pemerintahan yang efektif di daerah pedalaman Afrika Timur dan cara memajukan negerinya.
Pada 1884, Dr. Karl Peters, seorang yang bersemangat imperialism mendirikan sebuah perserikatan dengan tujuan mencari koloni bagi negerinya. Lalu ia menyamar sebagai pekerja Inggris dan berhasil membuat perjanjian dengan pengusaha bumiputera, sehingga daerah Uganda, Nguru, Usugara dan Ukami berada dibawah pelindungan perserikatannya. Namun ia masih bercita-cita mendapatkan daerah Somaliland dan Mozambique, kemudian ia meminta surat perlindungan kepada Bismarck.
Munculnya orang-orang Jerman di Afrika Timur merupakan saingan berat bagi pedagang Inggris karena mereka sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu selain untuk berdagang juga untuk menjelajah. Diantara ialah Sir Herry Johnston. Pada 1888 serikat dagang milik Mackinnon mendapat hak perlindungan dari pemerintahannya yang sejak saat itu diberi nama “British East Africa Company”. Sejak saat itulah persaingan antara Peter dan Mackinnon dimulai.
Ketika terjadi perang saudara yang disebabkan oleh pertentangan antara pengikut misionaris protestan, katholik roma dan agama islam, raja Uganda meminta bantuan opsir Inggris-Frederick Jackson yang dikirim “British East Africa Company” ke daerah sekitar Danau Victoria dan Jackson berhasil mengatasi masalah tersebut.
Ketika Bismarck tidak lagi berkuasa, Caprivi melanjutkan rencana tukar menukar daerah. Maka pada 1890 diadakan perjanjian antara Inggris dan Jerman yang disebut Perjanjian Helgoland dengan ketentuan:
1)      Inggris diakui sebagai pelindung atas daerah Uganda dan mendapatkan hak protektorat atas Zanibar dan Kepulauan Zemba, Witu (distrik di pantai Afrika Timur), Nyasaland; sebagai gantinya Jerman menerima Pulau Helgoland di laut utara;
2)      Jerman memperoleh izin perluasan Kamerun sampai Danau Tsad dan tambahan derah sempit “Caprivizipper” untuk Afrika Barat daya selebar 20 mil ke timur mencapai Sungai Zambesi.
Ketentuan tersebut memungkinkan bagi Inggris untuk menghubungkan Afrika Timur dengan daerah lembah Sungai Nil, sebaliknya Jerman masih dapat melepaskan harapannya untuk mencapai Sudan. Akan tetapi Jerman masih dapat meluaskan batas daerah Afrika Timur (Jerman) ke barat sampai danau-danau Tanganyika dan Niyasa, serta ke Congo Free State dengan tujuan merintangi terwujudnya impian kaum imperialis Inggris yang hendak menghubungkan Cape dengan Cairo melalui daerah-daerah Inggris.
Prancis tidak dapat menerima protektorat Inggris atas Kepulauan Zanzibar, karena kepulauan ini merupakan pusat perdagangan (terpenting di Afrika Timur dan Prancis sendiri menginginkan memiliki daerah tersebut. Oleh karena itu Inggris diperingatkan adanya perjanjian pada 1862, yang berisi ketentuan bahwa kebebasan pulau-pulau tersebut harus dijamin. Kesulitan ini kemudian dapat diatasi dengan cara memberi kompensasi kepada Prancis. Pada 1890 tercapailah Perjanjian Inggris-Prancis yang menentukan bahwa Prancis diberi kebebasan untuk menguasai Madagaskar dan Sahara, sedang kekuasaan Inggris di Afrika Timur diakui oleh Prancis. Selain itu ditetapkan pula ketentuan-ketentuan perbatasan yang masih meragukan di Gambia, Sierra Leone dan Goldcoast. Sebuah garis yang menghubungkan Say-Barua dijadikan garis batas, hingga daerah Niger tetap menjadi milik Inggris.
Dengan ini maka Afrika Timur menjadi milik British East Africa Company. Pada April 1892, terjadi konflik antara misi Prancis dan misi Inggris di Uganda. British East Africa Company yang telah diakui kekuasaannya di daerah itu sejak 1890, ternyata tidak mampu mengatasi kesulitan itu.
Akhirnya kompeni tersebut minta bantuan kepada pemerintahnya. Ketika pemerintah Inggris tidak bersedia member bantuan, British East Africa Company itu akan menarik diri dari Uganda. Berita ini sangat mengejutkan tokoh-tokoh imperialis seperti Cromer dan Roseberry.
Orang-orang Inggris mempunyai alasan untuk menyingkirkan bahaya pengaruh Prancis. Pada Januari 1893 Khedive Tewfik Pasha diganti oleh putranya, Abbas II Hilmi, yang mendapat pengaruhnya neneknya ialah Ismail. Dengan tiba-tiba pada 1893 Abbas mengangkat Fakhri Pasha sebagai perdana menteri. Fakhri adalah seorang yang anti-Inggris. Berhubung dengan pengangkatan tersebut Pemerintah Inggris member ultimatum kepada Khedive dan Fakhri ditangkap. Sejak saat itu Abbas berjanji bahwa dalam pengangkatan menteri-menteri, ia akan minta nasihat kepada agen-agen diplomatic Inggris yang berada di negerinya.
Peristiwa tersebut mengakibatkan garnisun-garnisun Inggris di Mesir makin kuat, dan dalam hal ini Prancis tidak dapat berbuat apa-apa, selain mengajukan protes. Jerman tidak memberikan reaksi terhadap protes Prancis, sehingga sikap Jerman ini menyenangkan Roseberry. Akibatnya beberapa menteri dalam kabinet Gladstone banyak yang membantu politik menteri luar negerinya, Roseberry, terhadap Uganda. Akhirnya dibentuklah suatu komisi oleh pemerintah dengan tugas melakukan penyelidikan-penyelidikan sedang penarikan diri British East Africa Company untuk sementara waktu ditangguhkan. Pada masa cabinet Roseberry. Uganda dijadikan protektorat Inggris (April 1894).

2.3.  Kepentingan dan penerapan politik Portugal, Spanyol dan Italia di Afrika
1.      Portugal
a.      Kepentingan Portugal
Selama lima abad Portugal menguasai daerah-daerah di Afrika. Walaupun banyak pengalaman tentang masalah koloni, koloni-koloni Portugal di Afrika merupakan daerah yang terbelakang di bandingkan dengan negara-negara eropa barat lainya. Ketika negeri-negeri barat melakukan politik imprealisme modern di Afrika, politik kolonial tetap berjalan berdasarkan prinsif-prinsif kolonialisme antik. Baru sesudah perang dunia II berakhir timbul aliran baru di Portugal untuk memperbaharui politik tanah jajahanya.
Pada zaman imprealisme modern, dengan munculnya negara-negara imprealis barat lainya di Afrika Tengah seing menimbulkan ketegangan-ketegangan politik dan mengancam kedudukan Portugal di aderah tersebut. Portugal sendiri mempunyai ambisi untuk memperluas koloninya di Angola ketimur hingga dapat di gabungkan Dengan Mozambique.

b.      Penerapan Politik Portugal
Didalam teori politik kolonial Portugal berdasarkan persamaan ras dengan perbedaan kultur. Didalam kenyataanya Portugal memang termasuk bangsa penjajah yang paling kecil melakukan politik rasial. Oleh sebab itu perkawinan antara hitam dan putih dikoloni Portugis merupakan hal yang biasa.
Akan tetapi politik kolonial yang tidak mengenal diskriminasi ras tersebut hanyalah sutu refleksi saja dari sistem yang berlaku di Portugal. Dibawah pemerintahan diktator Dr. Salazer, pemerintah bersifat otokratis dengan sentralisasi ketat, yang tidak memungkinkan adanya pemikiran-pemikiran demokratis untuk tanah jajahan. Oleh sebab itu walaupun telah di umumkan dengan resmi bahwa koloni-koloni di jadikan provinsi-provinsi diseberang lautan atau provinsi-provinsi Afrika. Yang mempunyai hak sama dengan hak-hak yang dimiliki oleh provinsi metropolitan, namun karena sifat pemerintahan Salazar yang otokratis, maka pelaksanaan peraturan tersebut diatas mengalami kegagalan. Keadaan provinsi diseberang lautan dalam kenyataannya sama dengan koloni-koloni dimasa sebelumnya atau perubahan yang dilakukan hanya sedikit.
Dengan dijalankan politik paternal yang bertujuan membentuk golongan elite dikalangan penduduk pribumi berati bahwa pemerintah “segreation” atu pemisahan di bidang sosial. Dasarnya bukan warna kulit tetapi kultur. Didalam masyrakat, hanya orang-orang Portugis dan asimilados saja yang mempunyai hak sebagai warganegara. Syarat-syarat untuk diterima sebagai asimilados-asimilados ialah bahwa penduduk pribumi itu harus terpelajar dan harus lulus dalam pengujian mengenai kultur Poertegis; disamping itu harus beragama Katholik Roma dan memilik standar hidup yang lebih tinggi dari pada penduduk yang masih hidup dalam kesukuan.
Penduduk dalam jumlah besar tidak mempunyai hak kewarganegaraan, mereka dipaksa dengan kasar dan keras untuk bekerja kepada pemerintah dan kolonis-kolonis kulit putih. Kerja paksa untuk pemerintah misalnya pembuatan jalan-jalan, jembatan-jembatan dan bagunan-bagunan lainya. Adanya buruh paksaan diperkenankan secara terang-terangan bahkan terdapat agen-agen yang menyerhkan buruh-buruh tersebut untuk diperkerjakan pada pengusaha-pengusaha perkebunan. Kerja paksa merupakan hal yang biasa berlangsung koloni-koloni oleh pemerintah akan dipertahankan. Alasan yang di pakai ialah untuk mendidik masyarakat yang malas dapat bekerja. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan peraturan yang berisi bahwa setiap orang harus memilik surat keterangan yang menyatakan bahwa ia petani perseorangan; mereka yang tidak mempunyai surat tersebut harus mencari pekerjaan.

c.       Akibatnya bagi Portugal
Dalam pelaksanaan politik paternal, bidang edukasi memegang peranan penting. Dalam bidang ini Gereja Katholik Roma dan Sending besar jasanya. Pemerintah memberikan subsidi kepada misi. Namun demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan pendidikan berjalan sangat lambat, hal ini disebabkan karena penduduk dimetropolitan Portugal sendiri kurang dari 50% masih buta huruf. Sistem pendidikan dan buku-buku pelajaran yang dipakai dikoloni sama dengan yang berlaku di Portugal.
Akibatnya pada tahun 1950 penduduk yang secara resmi di asimilados sangat sedikit, dan pada tahun 1962 jumlah buta huruf mencapai 99%. Banyak penduduk yang terdidik menolak untuk menjadi asimilados, karena mereka takut terpisah dari masyarakat dan mereka juga merasa berat menanggung beban pajak-pajak ekstra. Pendidikan terutama ditujukan untuk membentuk golongan elite yang mempunyai kecakapan praktis, sehingga dapat menjadi buruh setengah terdidik. Jumlah sekolah yang terbatas dan kurangnya modal untuk mengusahakan kekayaan yang terpendam mengakibatkan koloni-koloni Portugis itu di Angola dan Mozambique menjadi daerah yang paling terbelakang. Walaupun keduanya mempunyai potensi yang sangat penting. Bandar-bandar seperti Lorenco Margues dan Beira, Lobito dan Luanda merupakan kunci yang yang strategis.oleh karena itu daerah ini menjadi perebutan antara modal Inggris dan modal Jerman.
Ketika pemerintah Portugal mengajukan peminjaman  kepada Jerman, Jerman memakai kesempatan itu mulai beroperasi di daerah Angolaselatan, yang telah di tunjuk oleh Portugal untuk kepentingan modal Jerman. Dengan bantuan pemerintah jerman, sekelompok kaum modal Jerman di pimpin oleh Discontogesellschaft membeli sebagin besar saham-saham dalam Mossamedes Company yang memiliki tanah, tambang-tambang dan hak didirikan jalan kereta api di Angola. Transaksi ini disebut “Business of Millions”.
Mossamedes Company didirikan pada 1894, mendapat daerah konsesi di Angola selatan sebesar lebih kurang 23 juta hektar dengan penduduk lebih kurang 4 juta jiwa. Secara nominal kongsi tersebut milik pemerintah Portugal tetapi hampir selutuh modal adalah milik kelompok Cecil Rhodes. Cita-cita Cecil Rhodes menguasai ekonomi Afrika baratdaya, mulai direalisasikan pada awal tahun 1890-an. Pada waktu itu modal kongsi dagang Jerman antara lain dipimpin oleh Hansenmann, pemerintah Jerman mengijinkan modal Inggris masuk ke Afrika baratdaya. Pada tahun 1892 di bentuk South West African Company yang beroperasi di daerah Damara. Lama-lama kongsi ini semakin maju dan di kuasai oleh Inggris. Dengan didirikan Mossamedes Company Inggris berusaha menguasai ekonomi Angola, tetapi Inggris harus berhadapan dengan Jerman karena pada sebelumnya Inggris pernah kerjasama dengan Jerman yang disebut Anglo German Convention (1898), oleh karena itu Inggris harus bersaing dengan Jerman, dan Inggris membuat perjanjian rahasia dengan Portugal yang dikenal dengan nama “Windoor Treaty” yang berisi bahwa Inggris menjamin integritas koloni-koloni Portugal; ini berarti pembatalan terhadap Angola-German Convention (1898).
2.      Spanyol
a.      Kepentingan Spanyol
Koloni Spanyol lebih sedikit dan kurang berarti, meliputi : Rio de Oro, Rio Muni, Guinea, Fernando Po dan daerah kecil di Maroko. Daerahnya yang di Marokalah yang paling berarti. Penduduknya ± satu juta dan koloni tersebut hanya di pergunakan untuk keperluan militer. Kenyataan membuktikan bahwa karena bantuan tentara Mor dari Maroko, Jendral Franco keluar sebagai pemenang dalam perang saudara di Spanyol.
Politik kolonial Spanyol di Afrika juga tidak berarti. Protektorat Spanyol di Maroko yang berdasarkan perjanjian Algeciras. Berakhir sesudah Perancis mengakui kemerdekaan Maroko Perancis (1956). Kemudian sultan Marokomengadakan perundingan dengan Spnyol yang berakhir dengan penyerahan daerah Spanyol tersebut kepada sultan. Dengan dihapusnya pemerintahan di Tanger (1956), maka kesatuan Maroko dapat tercapai.

3.      Italia
a.      Kepentingan Italia
Sebelum perang Dunia I berkobar, koloni Italia di Afrika meliputi daerah Libia, Eritrea, dan tanah Somalia. Luas seluruhnya 700.00 mil persegi, berarti enam kali luas negara metropole. Dari tiga koloni tersebut, Libia adalah yang terbesar, tetapi daerahnya tidak subur. Pada 1912 daerah tersebut menjadi milik Italia dan pada 1913 Italia memperluas koloni tersebut makin kepedalaman. Didaerah yang tandus, terdiri atas gurun pasir itu Italia berhadapan dengan Sayid Idris as Sanusi, pemimpin agama islam yang menolak kekuasaan Italia. Perlawanan sanusi tersebut berlangsung sampai 1931.
Dalam Perang Dunia I Italia tidak hanya mempertahankan wilayahnya di Afrika tetapi ia berusaha untuk memperluasnya. Oleh sebab itu Italia menerima tawaran Inggris untuk menggabung pada sekutu.
Sebenarnya sejak 1882 Italia telah berggabung dalam Triple Alliance. Tetapi ketika perang berkobar Italia mula-mula bersikap netral, tidak memihak negara Sentral. Ini berarti perjanjian rahasia Prancis-Italia 1902 dihidupkan kembali. Pada 1915 Italia menandatangani perjanjian rahasia dengan sekutu, ia akan diberi bantuan uang yang dijanjikan penambhan daerah-daerah di Afrika, Austria, dan Turki. Pada 1915 Italia mengungumkan perang kepada Austria dan setelah perang selesai Italia ada pada pihak yang menang.
Apa yang dijanjikan sekutu dalam perjanjian rahasia di London , tidak  semuanya dipenuhi. Tambahan daerah yang diterima pada 1919 hanya sedikit sekali dan dari prancis mendapat daerah oase Ghadmes dan Ghat ; Inggris tidak keberatan apabila menduduki oase Kufra dan sekitarnya, tempat pusat gerakan sanusi. Italia menunutut daerah yang menghubungkan Libia dengan danau Tsad. Tuntutan ini ditolak sebab merugikan Prancis berhubung hubungan diantara daerah Afrika Barat Prancis dengan Afrika Equatorial Prancis menjadi terhalang.
Sesudah Perang Dunia I berakhir, Italia sangat kecewa terhadap keputusan-keputusan perdamaian berhubung; (1) harapanya memperoleh daerah-daerah di Afrika bekas koloni Jerman tidak terpenuhi ; bekas koloni Jerman dijadikan daerah mandat dan yang ditubjuk sebagai mandataris adalah Inggris. Prancis, Belgia dan Uni Afrika Selatan. (2) harapan memperoleh kembali daerah-daerah Italia Irredenta dibawah kekuasaaan Inggris , Prancis dan Austria : Tessano, Savoya, Corsica dan Malta tidak tercapai. (3) harapan untuk mendapatkan tambahan daerah di Asia kecil tidak terpenuhi.  Dengan demikian Italia, satu-satunya negara imperialis yanf selama Perang Dunia I belangsung berusaha melakukan ekspansi, terutama di Afrika mengalami kegagalan.

b.      Ekspansi Facis Italia di Afrika dan Ethiopia
Ambisi memperluas daerah koloni timbul lagi sesudah Italia dikuasai oleh kaum facis. Mussolini berusaha unutk menghidupkan kembali prestige Imperium Roma Kuno. Oleh sebab itu Laut Tengah harus dikuasai agar Italia tidak seperti “Tahanan di Laut Tengah” . lawan yang harus dihadapi untuk mencapai cita-citanya ini terdiri atas banyak negara-negara : Spanyol, Prancis, Albania, Inggris dan Turki. Oleh sebab itu Mussolini insyaf akan pentingnya mencari sekutu.
Dalam usaha merebut supremasi di Laut Tengah, Tunis menjadi daerah rebutan. Seakan-akan pertentangan Kartago dengan Roma pada zaman kuna itu timbul kembali yang tujuanya juga untuk merebut supermasi di Laut Tengah. Tunis sejak 1881 telah menjadi milik Prancis. Pada waktu itu penduduk Italia di Tunis tercatat 11.200 jiwa , sedang orang Prancis hanya 700. Sebelum Perang Dunia I jumlah tersebut berubah menjadi 88.000 orang Italia dan 46.000 penduduk Prancis. Akan tetapi pada 1962 terjadi perubahan pesat dimana penduduk Prancis menjadi 71.029 dan orang Italia 89.215.
Menurut Italia, tambahnya penduduk Prancis tersebut tidak syah, karena merupakan hasil usaha menarik orang-orang Italia masuk menjadi warga negara Prancis, bukan karena kelahiran baru. Akan tetapi akhirnya Italia mengalami kegagalan dalam usahnya menguasai Laut Tengah. Kegagalan itu disebabkan karena angkatan laut Prancis Jauh lebih besar dari pada Italia. Hasil yang dicapai oleh pemerintah Mussolini dihubungkan dengan politik imperialismenya adalah (1) menduduki oase Kufra, pusat kedudukan tentara Sanusi (1931) ; cara yang dipakai untuk menguasai daerah tersebut dikecam hebat oleh kalangan islam. (2) menduduki Eutohpia (1936) dan raja Italia Vicktor Emanuel III dinobatkan menjadi kaisar Euthopia. (3) Albania digabungkan pada Italia, merupakan Uni personil; Raja Vikctor Emanuel III menjadi raja Albania disamping menjadi raja Italia (1939) ; dengan ini laut Adriatik dapat dikuasai.
Pada waktu Ethiopia diserbu oleh Italia (1935), penguasa negeri tersebut adalah kaisar Haile Selassi I, yang menggantikan Empress Zauditu pada 1930. Ia memodernisasikan negerinya dengan cara memberikan konstitusi tertulis dan parlemen yang terdiri atas dua kamar, ditambah dengan badan pertimbangan dan angkatan perangnya diperluas. Sebelum menjadi kaisar, ia terkenal dengan nama Tafari Makonen yang oleh Empress Zauditu putri Manelik II diangkat sebagai penasehat utama Zaidatu, mangkubumi dan pewaris. Pada waktu itu  ia menggunakan pengaruhnya yang besar untuk mengatur kembali negerinya , membangun sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit dan mengirim putera-putera nEthopia keluar negeri unutk belajar. Pada 1923 ia berhasil membawa Euthopia masuk sebagai anggota Lembaga Bangsa-Bangsa. Pada 1924 ia bejasa dapat menghapus perbudakan.
Pada 1902 inggris mendapat janji dari Eutophia bahwa tidak ada negeri lain yang akan menggunakan air dari danau Tana. Untuk Inggris danau Tana sangat penting artinya, sebab dari danau tersebut mengalirlah salah satu dari sumber sungai Nil Biru yang dipergunakan untuk mengairi perkebunan kaps di sudan.
Pada 1906 tercapailah perjanjian antara Inggris-Prancis-Italia, yang berisi bahwa tiada dari satu negara tersebut dapat melakukan tindakan atas Ethopia tanpa pengetahuan atau persetujuan dua negara lainnya.
Pada 1919 janji yang diberikan sekutu kepada Italia dalam perjanjian rahasia di London (1915), pelaksanaanya tidak memenuhi kehendak Italia, terutama pasal yang menyangkut tambahan daerah di Afrika. Diterangkan bahwa Italia kan mendapat kompensasi terutama dalam hubungan penetuan batas-batas koloni Italia : Erytrea, Somali dan Libia dengan daerah-daerah koloni Inggris dan Prancis yang ada disekitarnya. Sebagai ganti atas kekecewaan itu, pada 1919 Italia mengusulkan supaya ia diberi kompensasi yang menyangkut Ethiopia. Karena di danau Tan akan menjadi milik Inggris di Ethiopia, misalanya dalam permintaan kepada Negus untuk membuat jalan raya dari danau Tana ke Sudan. Sebaliknya Inggris akan membantu Italia dalam permintaan yang diajukan kepada Negus untuk mendirikan jalan kereta api dari Erytrea ke Somalia Italia melalui daerah Ethiopia. Dengan ini seakan-akan berlaku lagi daerah pengaruh Italia di Ethiopia berdasarkan perjanjian Inggris-Italia 1891.
Pada 1928 masih dapat dicapai perjanjian yang sifatnya bersahabat antara Italia Ethiopia , berisi perluasan perkembangan ekonomi baik Ethiopia maupun Erytrea dengan mendirikan jalan raya yang menghubungkan Dessi-ibukota provinsi Wollo di Ethiopia dengan Assab, kota di Erytrea yang terletak dipantai Laut Merah. Dengan melalui perjanjian tersebut Italia dapat memasuki daerah pertahanan alam Ethiopia yang berupa gurun pasir. Tetapi kaisar Haile Selessie cukup cerdik dan ia tidak mau menyelesaikan pekerjaan tersebut walaupun sudah dimulai.
Pada 1934 Italia tidak senang melihat tindakan Haile Selessie yang memodernisasi negerinya dan memperluas angkatan perangnya. Padahal tindakan kaisar Ethiopia itu adalah sebagai reaksi terhadap perluasan pertahanan yang dilakukan oleh Italia di Somalia dan Erytrea.
Beberapa insiden terjadi pada tahun 1934, yang diikuti dengan pertikaian antara tentara patroli di Walwal dan tempat-tempat perbatasan lainya. Ketika Italia mengirim angkatan perangnya ke Afrika, Ethopia mengadukan masalah tersebut kepada Lembaga Bangsa-Bangsa. Akan tetapi sebelum Lembaga Bangsa-bangsa selesai mempelajari masalah pertikaian Italia-Ethiopia , Prancis dan Italia telah menandatangani suatu fakta di Roma ( Januari 1939). Keduanya takut kan perkembangan politik di Jerman yang mengancam kemerdekaan Austria. Mussolini mendekati Paris dan Prancis menerimanya dengan senang hati. Maka tercapailah pakta Laval Mussolini yang berisi (1) keduanya akan berunding jika keadaan Austria terancam. (2) Prancis memberi tambahan daerah untuk Libia sebesar 45.000 mil persegi dan sedikit dari somalia Prancis untuk digabungkan pada Erytrea, sehingga Italia mendapat sebagaian daerah sahara dan jalan keluar menuju keteluk Aden. (3) Italia boleh menanamkan sahamnya dalam maskapai jalan kereta api Prancis yang menghubungkan Addis Ababa dengan jibuti. (4) diusahakan hubungan baik antara keduanya di Tunis ; hak-hak mendirikan sekolah dan hak kewarganegaraan istimewah untuk penduduk Italia di Tunis diperluas. Berdasarkan perjanjian rahasia, Italia diberi kebebasan bertindak terhadap Ethiopia.
Bagi Italia , Ethiopia kan dijadikan sumber bahan mentah yang akan memperkaya Italia, sumber bahan pangan bagi Italia dan sumber tenaga manusia untuk fascis Italia.
Jika kita perhatikan isi pakta Laval-Mussolini itu sangat menguntungkan Italia, karena negara-negara Sekutu ingin menarik Italia pada fihaknya. Padahal sesudah Perang Dunia I berakhir Italia tidak begitu senang kepada sekutu, karena merasa ditiou. Bagi Italia pasal yang berbunyi “memberi kebebasan bertindak kepada Ethiopia “ sangat penting, karena Italia mengetahui bahwa kaisar Haile Selessei merintangi terlaksananya perjanjian 1928. Maka hanya dengan perang, Ethiopia akan menjadi koloni Italia.
Pada 1935 diadakan pengadilan mengenai insiden Walwal. Kaisar Haile Selessei bersedia memegang teguh perjanjian Italia-Ethiopia (1928). Italia mula-mula setuju, tetapi kemudian atas saran Lembaga Bangsa-Bangsa , wakil-wakil Prancis, Inggris dan Italia supaya berunding untuk memperoleh suatu penyelesaian bagi seluruh masalah Ethiopia. Ketiga penguasa tersebut yang masing-masing mempunyai daerah disekitar Ethiopia, menghendaki agar Ethiopia dibagi menjadi daerah pengaruh mereka. Tetapi Prancis yang terikat oleh pakta 1935, lalu menganjurkan kepada Haile Selessei memberi konsesi ekonomi yang banyak kepada Italia. Inggris dapat menyetujui, tetapi Italia menolak karena Mussolini menghendaki menganeksasi Ethiopia.
Dalam perundingan Lembaga Bangsa-Bangsa di Jenewa, Inggris adalah yang paling anti Italia, sebab jika usaha facis itu berhasil, pasti akan membahayakan kedudukan Inggris disepanjang Laut Merah, Afrika Timur Laut dan kemenangan itu juga akan mendorong facis terus melakukan ekspansi teritorial. Tetapi sebaliknya Prancis masih mencari formula-formula yang dapat memuaskan Inggris dan Italia.
Sementara Lembaga Bangsa-Bangsa sedang sibuk mencari penyelesaian tentang masalah Ethiopia (Oktober 1935), tentara Italia dengan perlengkapan modern menyerbu Ethiopia dari jurusan utara, timur dan selatan. Alasan yang dikemukakan ialah bahwa “gerakan strateggis tersebut diperlukan untuk melindungi Erytrea dan Somali Italia dari agresi-agresi” .
Lembaga Bangsa-Bangsa memutuskan Italia sebagai agresor dan dikenakan sangsi-sangsi finansial dan ekonomi. Tetapi Italia tidak mengubah sikapnya. Sesudah Ethiopia diduduki (19360, kaisar Haile Selessei melarikan diri ke London dan mengajukan protes kepada Lembaga Bangsa-Bangsa mengenai agresi Italia terhadap negrinya.
Pada 1936-1942 Ethopia kehilangan kemerdekaanya. Victor Emanuel III diangkat menjadi kaisar Ethiopia. Pada 1936 dibentuk Afrika Timur Italia meliputi Ethiopia, Somalia Italia dan Erytrea. Kemudian diadakan militerisasi Afrika Timur Italia. Tindakan selanjutnya  akan merebut daerah Somali Prancis, kemudian Sudan, Kenya dan Uganda.
Untuk dapat mengambil hasil kekayaan alam Ethiopia, Italia membuat “Rencana 6 tahun “. Barang-barang yang diharapkan ialah bahan-bahan mentan seperti kapas, wool dan bahan pangan seperti gandum disamping hasil pertambangan. Dari tambang-tambang besi dan batu bara akan diusahakan untuk membuat pabrik-pabrik baja, jalan-jalan kereta api, meriam dan senjata api.
Tetapi sesudah 1 setengah tahun “Rencana” tersebut dijalankan, hasil yang diimpi-impikan belum dapat dipetik, karena adanya sangsi-sangsi dari Lembaga Bangsa-Bangsa dan perlawanan rakyat Ethiopia yang masih terus dilanjutkan. Juga karena kekurangan modal, banyak tambang-tambang yang kaya tidak dapat dieksplotir menurut rencana.
Sesudah Italia menduduki Ethiopia, politik luar negrinya berubah. Italia makin menjahui bekas sekutunya dan mendekati Jerman. Hal ini disebabkan karena Jerman tidak ikut menjalankan sangsi Lembaga Bangsa-Bangsa terhadap Italia. Disamping itu Jerman juga mengakui kekuasan Italia di Ethiopia. Dengan demikian maka pada 1936 terbentuklah persekutuan Nazi dan Facis dan bersama-sama membnatu jendral Franco yang melakukan Perang saudar di spanyol. Latar belakang Nazi membantu jendral Franco adalah untuk memperoleh bantuan berupa bahan-bahan pertambangan dari spanyol sedang bagi Facis untuk dapat menguasai Laut Tengah bagian barat.
Pada 1938 Italia menuntut Tunis dengan alasan membela penduduk Italia di Tunis yang ditindas oleh Prancis. Berikutnya Italia juga menuntut Pulau Corsica , Savoya dan Nizza dari Prancis. Tetapi semua tuntutan tersebut tidak berhasil . pada 1940 Somali Inggris diduduki oleh Italia , tetapi walaupun daerahnya bertambah, hubungan dengan negri induk terputus, hanya dapat dilakukan melalui udara. Italia juga merencanakan menguasai terusan Suez yang akan dilakukan melalui Libia.
Dilain fihak Inggris mengadakan perjanjian dengan Mesir “Anglo-Egyptian Treary’ (1936), berisi Inggris diberi izin untuk memakai Mesir sebagai basis perang dan Mesir juga akan memebri bantuan militer. Kemajuan yang diperoleh jendral Grazini (Italia) dalam mendekati perbatasan Mesir akhirnya pada 1941 tertahan dan dipukul mundur oleh gabungan tentara inggris dan Prancis. Pos-pos militer Italia Sudan untuk mengadakan operasi di Afrika Timur. Bersama tentara sekutu, daerah Afrika Timur Italia akhirnya dapat direbut kembali. Ini berarti bahwa usaha Mussoloni untuk menguasai Afrika Timur dan Suez gagal sama sekali.
Haile Sellessie kembali berkuasa sebagai kaisar dan selama 9 bulan berlaku pemerintahan militer dinegrinya. Pada Januari 1942 Ethiopia mengadakan persetujuan dengan Inggris. Parlemen Ethiopia dibuka kembali dan kabinet baru dibentuk .
Dalam periode-periode berikutnya Kaisar giat memperluas pendidikan, melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang administrasi, sosial dan pengadilan. Pada 1955 konstitusi Ethiopia ditinjau kembali ; keputusan yang diambil menentukan  bahwa kaisar menjadi kepala pemerintahan dan kepala negara dengan kekuasaan menuju kabinet ; Parlemen terdiri atas dua kamar senat ditunjuk oleh kaisar sedang anggota Dewan Perwakilan Rakyat ; pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum untuk pertama kali akan dilangsungkan pada 1957.


2.4.   Perubahan-Perubahan di Afrika
1.      Portugal
a.      Bidang Ekonomi
Ø  Portugal mengembangkan perekonomian Afrika melalui kerjasama dengan negara eropa lainnya seperti Jerman.
Ø  Membuka lahan perdagangan di Angola.
Ø  Masyarakat diberikan pekerjaan yaitu berkerja di perkebunan.

b.      Bidang Pendidikan
Ø  Masyarakat Afrika diperkenalkan Pendidikan walaupun mengunakan bahasa Portugal.
Ø  Masyarakat memiliki kecakapan tertentu
Ø  Dapat mengenal bahasa dan kultur portugis.

c.       Bidang Sosial-Budaya
Ø  Masyarakat digolongkan berdasarkan kultur bukan warna kulit.
Ø  Masyarakat diperkenalkan budaya Portugal
Ø  Masyarakat mengenal Kepercayaan yaitu Agama Katholik Roma.

2.      Italia
a.      Politik
Ø  Pada waktu Ethiopia diserbu oleh Italia (1935), penguasa negeri tersebut adalah kaisar Haile Selassi I, yang menggantikan Empress Zauditu pada 1930. Ia memodernisasikan negerinya dengan cara memberikan konstitusi tertulis dan parlemen yang terdiri atas dua kamar, ditambah dengan badan pertimbangan dan angkatan perangnya diperluas.
Ø  Pada 1955 konstitusi Ethiopia ditinjau kembali ; keputusan yang diambil menentukan  bahwa kaisar menjadi kepala pemerintahan dan kepala negara dengan kekuasaan menuju kabinet ; Parlemen terdiri atas dua kamar senat ditunjuk oleh kaisar sedang anggota Dewan Perwakilan Rakyat ; pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum untuk pertama kali akan dilangsungkan pada 1957.

b.      Pendidikan
Ø  Perluasan pendidikan, pembaharuan-pembaharuan dalam bidang administrasi, sosial dan pengadilan terjadi di Afrika khususnya Ethiopia.















BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Afrika adalah benua terbesar kedua setelah Asia. Afrika mempunyai sumber kekayaan alam yang begitu melimpah. Tidak banyak yang menyadari bahwa Afrika memiliki sumber daya alam yang begitu menggiurkan hingga seorang penjelajah bernama D. Livingstone dan H.M. Stanley membuka rahasia “benua gelap” tersebut. Mulailah bangsa barat berdatangan ke Afrika untuk menguasai benua tersebut. Daerah Afrika Barat dan Timur merupakan daerah sasaran pedagang barat. Pembentuk imperium-imperium dari Jerman, Inggris, dan Perancis saling bersaingan untuk mendapatkan daerah pengaruh. Daerah Afrika Barat seperti Dahomey, Pantai Gading dan Guinea, merupakan “jendela-jendela laut” yang penting bagi pedagang dan sebagai pangkalan untuk meneruskan pengluasaan pengaruh ke daerah pedalaman. Sehingga daerah-daerah tersebut menjadi bahan rebutan bagi para pedagang-pedagang tersebut. Sedangkan di Afrika Timur, pedagang-pedagang barat yang bersaing antara lain Jerman dan Inggris. Daerah yang diperebutkan adalah daerah sebelah utara Mozambique (jajahan Inggris) samapai daerah Sudan.           
Kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa eropa sedikit banyak memberikan perubahan terhadap perkembangan dunia Afrika, mulai dari pendidikan, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan juga pemerintahan dll. Seperti yang telah dilakukan Portugal tehadap Angola, ini membuat sejarah penting bagi Angola itu sendiri. Perubahan-perubahan yang dialami memang cukup lambat hal ini dikarenakan masyarakat Afrika yang sedikit tertinggal dari Eropa. Melalui kolonialisi pula bangsa Afrika belajar tentang dunia luar, untuk menata bangsanya sendiri.
            Seperti politik Portugal, Spanyol, dan Italia, masing-masing negara tersebut memberikan pengaruh terhadap koloninya, dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan pemerintahan.
Afrika Selatan merupakan salah satu negara tertua di benua Afrika. Banyak suku telah menjadi penghuninya termasuk suku Khoi, Bushmen, Xhosa dan Zulu. Penjelajah Belanda yang dikenal sebagai Afrikaner tiba disana pada 1652. Pada saat itu Inggris juga berminat dengan negara ini, terutama setelah penemuan cadangan berlian yang melimpah. Hal ini menyebabkan Perang Britania-Belanda dan dua Perang Boer. Pada 1910, empat republik utama digabung di bawah Kesatuan Afrika Selatan. Pada 1931, Afrika Selatan menjadi jajahan Britania sepenuhnya.


























Daftar Pustaka


id.wikipedia.org/wiki/Uni_Afrika_Selatan
Soeratman Darsiti, sejarah afrika zaman impralisme modern, jilid I.Yogyakarta 1974